Sabtu, 29 Desember 2012
Aku
Dulu kalau aku tak begitu, kini
bagaimana aku?
Dulu kalau aku tak di situ, kini
di mana aku?
Kini kalau aku begini, kelak
bagaimana aku?
Kini kalau aku di sini, kelak di
mana aku?
Tak tahu kelak ataupun dulu Cuma
tahu kini aku begini.
Cuma tahu kini aku di sini….
Minggu, 23 Desember 2012
Sekedar Renungan
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sahabat, Perhatikan gambar di atas seolah-olah ingin mengatakan bahwa betapa berat dan kerasnya hidup ini. Sehingga mereka yang tidak mampu menghadapinya akan tergilas, dan hilang dalam peredaran masa. Tapi mungkin juga ada yang memaknai realitas ini, bahwa betapa tidak adilnya hidup! Mengapa mereka yang sejak awalnya telah berdarah-darah menjalani sejengkal demi sejengkal garis takdirnya dalam kesempitan, harus menanggung beban yang teramat berat. Sementara mereka yang berada, yang siang dan malamnya dalam pelukan kenyamanan, tetap saja berada dalam kenyamanan…
Sahabat, mungkin kita mengeluh. Ya, berkeluh kesah atas semua hal yang terjadi dalam hidup kita. Itu memang fitrah manusia. Tapi cara mengapresiasikan keluh kesah itu yang menunjukkan kualitas setiap manusia. Tergantung pada perspektifnya tentang hidup. Bagi mereka yang menganggap hidup ini pada dasarnya mudah dan serba menyenangkan, maka kehadiran cobaan dan tantangan hidup akan menjadi keluh kesah. Keluh kesah yang sangat panjang.
Tetapi, bagi mereka yang meyakini bahwa hidup ini memang keras. Ada pertarungan dan kompetisi di dalamnya. Ada keringat, air mata dan juga berdarah-darah dalam menjalaninya. Maka cobaan dan tantangan hidup seberat apa pun lebih dimaknai sebagai bunga-bunga hidup. Mereka senantiasa belajar dari cobaan-cobaan tersebut. Mental mereka bahkan telah berubah menjadi baja oleh tantangan-tantangan tersebut. Mereka, telah dibentuk oleh silih bergantinya badai ujian dan cobaan…
Sahabat, janganlah manja seperti kerupuk. Jadilah baja yang paling kuat di muka bumi ini. Sebab takdir memang tidak pernah memilih. Ketika tiba masanya giliran kita, maka seketika itu juga badai cobaan akan mendatangi kita. Hanya jiwa sekeras bajalah yang mampu tetap tegak berdiri menyongsong setiap cobaan dan tantangan hidup dengan gagah. Sebab, hidup memang keras kawan…
http://www.facebook.com/pages/Strawberry/327342750179
Minggu, 02 Desember 2012
Cinta Ibarat Menunggu BIS
Cinta itu sama seperti orang yang menunggu bis. Sebuah bis datang, dan kamu bilang,
"Wah.. terlalu penuh, sumpek, bakalan nggak bisa duduk nyaman neh !
Aku tunggu bis berikutnya aja deh."
Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata,
"Aduh bisnya kurang asik nih, nggak bagus lagi.. nggak mau ah.."
Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi seakan-akan dia tidak melihatmu dan lewat begitu saja.
Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus,
tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, bisa kepanasan aku". Maka kamu membiarkan bis keempat itu pergi.
Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor.
Ketika bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya.
Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju ! Dan kamu baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama.
Moral dari cerita ini:
Sering kali seseorang
menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak
ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kamu pun sekali-kali tidak
akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.
Langganan:
Postingan (Atom)